top of page
  • Writer's pictureOlyn Silvania

Gratitude Journal: Daily Helper To Help Us Deal With Insecurities

Wah progress skripsi dia udah jauh banget. Kayaknya dia bentar lagi mau sidang deh. Sedangkan aku? Masih stuck disini terus. Kapan ya bisa maju kayak dia?


Dia udah cantik, pintar, dan berprestasi lagi. Aku nggak ada apa-apanya kalau dibandingin sama dia. Duh, jadi minder.


Apa iya aku bisa diterima kerja disini?


Hidupnya si A kok kelihatan bahagia banget ya?. Kelihatan nggak punya masalah sama sekali. Sedangkan aku punya banyak beban dan hampir tiap hari kena masalah.


Hai, Lensaners! - Beberapa kalimat di atas mewakili rasa insecure yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti pernah merasa insecure dalam hidupnya, entah insecure akan kegagalan, merasa cemas terhadap masa depannya, insecure terhadap prestasi orang lain, insecure terhadap penampilan fisiknya, dan lain sebagainya. Tapi sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu tahu dulu nih insecure itu apa.


Jadi insecure adalah......


Rasa insecure dapat terjadi ketika seseorang merasa dirinya punya kekurangan, malu, bersalah, dan bahkan sampai merasa tidak mampu melakukan sesuatu. Dilansir dari Satu Persen, insecure ditandai oleh beberapa hal seperti tidak ingin keluar dari zona nyaman, gemar membandingkan diri sendiri dengan orang lain, memandang rendah diri sendiri, haus akan pujian dan pengakuan dari orang lain, dan menghindari interaksi dengan lingkungan sekitar.


Dilansir dari Halodoc, tidak ada penyebab pasti seseorang merasa insecure. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang merasa insecure. Misalnya, pernah mengalami peristiwa traumatis, memiliki masalah terhadap penampilannya, rasa kesepian, sifat perfeksionis yang berlebihan, dan rendahnya rasa percaya diri. Tidak hanya itu saja, faktor ekonomi, pernah dipandang sebelah mata oleh orang lain, dan diperlakukan secara overprotective oleh keluarga atau pasangan dapat menyebabkan seseorang merasa insecure.


Merasa insecure merupakan suatu hal yang normal. Jika masih dalam batas wajar, insecure dapat menjadi sinyal yang mengajak seseorang untuk memperbaiki dirinya. Jadi flashback saat masa SMA dulu. Waktu itu aku tidak pernah mengikuti kegiatan di luar sekolah. Fokusku hanyalah belajar dan les. Akibatnya setelah lulus SMA, aku belum memiliki pengalaman apapun. Saat awal masuk kuliah (semester 1), aku belum berminat untuk mengikuti kegiatan non-akademik. Palingan hanya menjadi anggota suatu Unit Kegiatan Fakultas. Namun saat semester 2, aku mulai melihat beberapa temanku sudah memiliki pengalaman non-akademik. Sedangkan aku belum sama sekali. Saat itu timbulah rasa insecure dari dalam diriku. Aku mulai membandingkan diriku dengan beberapa temanku. Namun untungnya, hal tersebut tak berlangsung lama. Berkat dorongan dari beberapa teman, aku mulai berusaha untuk keluar dari zona nyaman dengan mengikuti kegiatan non-akademik. Aku berpikir bahwa kegiatan non-akademik dapat menunjang karirku ke depannya. Dari hal tersebut, aku belajar bahwa rasa insecure jika direspon dengan tepat dapat mendorong seseorang untuk semakin memahami dan memperbaiki dirinya.


Tapi rasa insecure yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental. Jika tidak segera di atasi, maka rasa insecure dapat berujung pada gangguan mental seperti depresi, gangguan kepribadian batas ambang, kecemasan, paranoid, gangguan makan, dan masalah pada body image (jika memiliki rasa insecure akan penampilan fisik).


Lalu, gimana ya cara mengatasi rasa insecure ini?


Mengubah Rasa Insecure Menjadi Rasa Syukur dengan Bantuan Gratitude Journal

Seperti yang udah kujelaskan sebelumnya, rasa insecure bisa disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri dan sifat yang terlalu perfeksionis. Menurutku, dua hal tersebut cukup berkaitan satu sama lain. Misalnya gini, ada seseorang yang merasa bahwa dirinya memiliki fisik yang kurang ideal. Dia merasa bahwa fisiknya tidak memenuhi standar yang menarik di lingkungan sosial. Ketika dia melihat orang lain yang menurutnya lebih menarik, dia menjadi tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri tersebut membuatnya berusaha mati-matian untuk melakukan diet atau perawatan agar lebih menarik. Harapannya, ia mampu memenuhi standar sosial Akibatnya, mungkin self love-nya luntur karena lebih berusaha memenuhi standar sosial dibandingkan menerima diri sendiri apa adanya.


Ketika hal di atas terjadi, salah satu kunci utama yang bisa dipegang adalah berusaha mengubah rasa insecure menjadi rasa syukur. Aku pernah membaca beberapa artikel yang membahas hal tersebut. Dari beberapa artikel tersebut, aku jadi paham bahwa ternyata banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah rasa insecure menjadi rasa syukur. Mungkin kedengarannya klise, tapi bersyukur merupakan cara yang ampuh untuk bangkit dari keterpurukan. Rasa syukur bisa membantu kita untuk mengubah pengalaman buruk, masalah, dan tentunya mengubah rasa tidak aman kita menjadi sebuah pelajaran berharga.


Salah satu cara yang bisa membantu kita untuk mengubah rasa insecure menjadi bersyukur adalah menulis gratitude journal. Mungkin buat kamu yang berkuliah di jurusan Psikologi, sudah tidak asing dengan istilah ini. Sederhananya, gratitude journal adalah buku harian di mana kamu secara teratur mencatat hal-hal yang kamu syukuri. Misalnya, kamu bisa nulis kayak gini, "Selama 1 minggu, aku bersyukur karena aku dan keluargaku masih diberi anugerah kesehatan, bisa makan, bisa berkumpul bersama, dan lain sebagainya." Dalam gratitude journal, kita bisa menuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap hari atau setiap minggu.


Dilansir dari website BeautyJournal by Sociolla, gratitude journal memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan, seperti melatih otak untuk fokus, membuat kita jauh lebih bahagia, meningkatkan kemampuan berempati dan menjalin hubungan dengan orang lain, mengurangi stress, dan membantu pola tidur menjadi lebih baik.


Bagaimana Cara Menulis Gratitude Journal?

Mulailah dengan mencari waktu yang terbaik

Rasa syukur perlu dirasakan dari hati. Maka dari itu, tulis apa saja yang kamu syukuri di waktu saat kamu bisa merenung sendiri, jauh dari gangguan, dan jauh dari kesibukan sehari-hari. Kamu dapat mengatur waktu menulis gratitude journal dengan jadwal harianmu. Mungkin waktu yang terbaik untuk menulis gratitude journal adalah pagi hari sebelum beraktivitas atau malam hari sebelum kamu tidur.


Atur suasana yang nyaman

Suasana yang nyaman dapat menjernihkan pikiranmu dan membantumu mengenal emosi serta perasaan secara jelas. Kamu dapat mengatur suasana yang nyaman dengan memutar musik relaksasi, menyalakan AC, dan pergi ke tempat favoritmu untuk menulis gratitude journal.


Tulislah dari hal-hal yang kecil dulu baru yang besar.

Ketika mau menulis gratitude journal, mungkin terkadang kamu bingung mau mulai darimana. Kalau begitu, kamu dapat memulai menuliskan hal-hal kecil yang kamu syukuri terlebih dahulu. Misalnya, "Bersyukur karena masih bisa bernafas dan diberi kesehatan." Hal-hal kecil adalah sesuatu yang berarti sehingga pantas mendapatkan tempat di gratitude journal-mu. Setelah selesai menuliskan hal-hal kecil, kamu dapat beranjak menuliskan hal-hal yang besar. Misalnya, bersyukur karena mampu menyelesaikan target pekerjaan, diberi kesempatan untuk terlibat dalam suatu proyek, dan lain sebagainya. Menuliskan hal-hal kecil maupun besar dapat memberimu pencerahan, yakni betapa kamu sangat diberkati setiap harinya.


Jadikan menulis gratitude journal sebagai suatu kebiasaan

Menulis gratitude journal tidak akan berguna apabila kita menulis tanpa arah. Maka dari itu, kamu perlu menjadikan kegiatan menulis gratitude journal sebagai suatu kebiasaan, sehingga kamu terbiasa untuk mengucap syukur setiap harinya. Kamu boleh menetapkan waktu untuk menulis gratitude journal setiap harinya, seperti sejam sebelum tidur atau sejam sebelum beraktivitias. Supaya tidak lupa, kamu juga dapat untuk memasang alarm pengingat di handphone-mu.


Jadilah kreatif

Dan yang terakhir supaya enggak bosan, menulis gratitude journal nggak cuma berupa tulisan aja lho. Tapi kamu juga boleh membuat lukisan, mind-mapping, kolase, dan lain sebagainya yang mengungkapkan rasa syukurmu.


Cheers,


Olyn Silvania





23 views0 comments
bottom of page