top of page
  • Writer's pictureOlyn Silvania

Severus Snape: Berdinamika dengan Konflik Peran untuk Mempertahankan Kesetiaan

Disclaimer: Tulisan ini berangkat dari pandangan pribadiku. Apa yang ditulis adalah sejauh pemahamanku. Jadi, kalian tidak harus sepakat dengan tulisan ini, karena aku menyadari bahwa pandangan setiap orang berbeda.


Hai Lensaners!

Aktivitas apa saja yang biasa kamu lakukan di waktu luang? Kalau aku sih suka nonton film terutama genre fantasy dan horror. Salah satu film favoritku sejak kecil hingga saat ini adalah Harry Potter. Yes, I'm part of Potterhead. Film yang diangkat dari tujuh novel series berjudul Harry Potter karya J. K. Rowling ini menceritakan tentang penyihir remaja laki-laki yang bersekolah di Sekolah Sihir Hogwarts. Dalam film ini, banyak tokoh protagonis, antagonis, dan bahkan tetragonis yang dimunculkan. Tentu setiap tokoh memiliki dinamikanya masing-masing.


(Sumber gambar: static1-sevilla.abc.es)


Dari sekian banyaknya tokoh dalam film Harry Potter, Severus Snape adalah tokoh yang menurutku menarik. Severus Snape adalah guru sekaligus mantan kepala sekolah Hogwarts yang digambarkan memakai jubah hitam, berambut pendek sebahu yang berminyak, berhidung bengkok, dan memiliki ekspresi wajah yang datar. Selain penampilan fisiknya, Severus digambarkan sebagai seseorang yang kaku, dingin, dan misterius. Kehidupan Severus juga digambarkan dengan emosi dan kepribadian yang kompleks sehingga membuatnya tak mudah untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang lain. Awalnya, aku menganggap Severus sebagai tokoh antagonis karena terlihat jahat dengan Harry Potter. Ditambah lagi kesukaannya terhadap Ilmu Hitam yang semakin menguatkan kesan negatifku padanya.


Namun terdapat pepatah yaitu, "Orang yang terlihat jahat belum tentu jahat." Pepatah itu seolah-olah mematahkan semua kesan negatifku terhadap Snape setelah menonton film Harry Potter and The Deathly Hallows: Part 2. Pada scene pertemuan Lord Voldemort dengan Severus, diceritakan bahwa Lord Voldemort memutuskan untuk membunuh Snape dengan bantuan ular peliharaannya, Nagini agar menjadi pemilik sah tongkat Elder. Tongkat Elder adalah tongkat terkuat di muka bumi. Harry Potter, Ronald Weasley, dan Hermione Granger menjadi saksi atas pembunuhan tersebut. Setelah Voldemort dan Nagini meninggalkan Severus, Harry dan kedua kawannya menghampiri Severus yang sekarat. Severus meminta Harry untuk mengambil air matanya dan menuangkannya ke Pensieve. Kata-kata terakhir Severus kepada Harry adalah, "You have your mother eyes" dan setelah itu ia menutup usia.


(Sumber gambar: slashfilm.com)


Ketika Harry menuangkan air Severus dan melihat memorinya, aku terkejut bahwa selama ini Severus berusaha melindungi Harry setelah kematian orang tuanya, yakni Lily Evans dan James Potter. Usaha Severus tersebut dilandasi oleh rasa bersalah yang tidak bisa melindungi Lily, orang yang ia cintai hingga akhir hayatnya. Bahkan ketika Lily lebih memilih untuk menikahi pria yang Severus benci, yakni James cintanya tak pernah tergantikan. Kematian Lily adalah titik awal konflik peran yang dialami oleh Severus untuk mempertahankan kesetiaannya terhadap Albus Dumbledore. Ngomong-ngomong, konflik peran itu apa sih?


Goldman dan Milman (1969) menyatakan bahwa konflik peran adalah situasi di mana harapan-harapan peran seseorang datang saat yang bersamaan, baik dari individu sendiri maupun lingkungan, tetapi sifatnya bertentangan.

Menurutku, konflik peran yang dialami oleh Severus terlihat cukup jelas dalam film Harry Potter. Lantas, apa saja konflik peran yang dialami Severus? Yuk, simak!


Menjalani Peran Sebagai Agen Ganda untuk Lord Voldemort dan Dumbledore


Pada Perang Dunia Sihir Pertama, Severus bergabung menjadi Pelahap Maut (Death Eater). Diketahui bahwa Severus menjadi anggota yang memiliki peran penting dalam lingkaran batin Lord Voldemort. Severus berperan sebagai mata-mata yang bertugas memberi informasi kepada Voldemort terkait ramalan tentang kejatuhannya. Pada awal tahun 1980, Severus menguping percakapan antara Profesor Sybill Trelawney dan Albus Dumbledore. Trelawney meramalkan bahwa pada akhir bulan Juli 1980, akan ada seorang anak yang lahir dan kelak akan menyebabkan kehancuran Lord Voldemort. Ramalan tersebut merujuk pada dua orang anak yakni Harry Potter dan Neville Longbottom. Sayangnya, Severus tidak mendengar seluruh percakapan tersebut karena Abeforth, adik laki-laki Albus Dumbledore segera mengusirnya.


Lord Voldemort akhirnya memilih Harry Potter untuk dijadikan target. Hal tersebut membuat Severus merasa cemas karena secara otomatis keselamatan Lily menjadi terancam. Pada saat yang bersamaan, Severus pun menyesali perbuatannya yang setia menjadi Pelahap Maut (Death Eater). Severus menemui Dumbledore dan memintanya untuk melindungi Lily beserta James dan Harry. Namun sayang yang terjadi malah sebaliknya. Ya, Lily dan James meninggal di tangan Lord Voldemort. Sedangkan, Harry tetap hidup karena mendapatkan mantra perlindungan dari ibunya sehingga mantra pembunuh "Avada Kedavra" yang dilontarkan oleh Lord Voldemort memantul pada dirinya. Akibatnya, tubuh Lord Voldemort menjadi lemah dan hancur.

(Sumber gambar: in360news.blogspot.com)


Sejak kematian Lily, Severus pun mengubah kesetiaannya dari Pelahap Maut menjadi mata-mata Lord Voldemort. Perubahan tersebut mengacu pada satu tujuan yaitu agar Harry Potter tetap terlindungi. Severus pun bersumpah untuk menjaga dan mengawasi Harry secara diam-diam, terutama sepanjang ia bersekolah di Hogwarts. Severus memutuskan untuk menjadi guru di Hogwarts agar lebih mudah mengawasi Harry. Tapi, apakah Severus berhenti sepenuhnya menjadi Pelahap Maut? Jawabannya, tidak! Severus tetap menjadi Pelahap Maut.


Seperti judulnya, Severus menjadi mata-mata bagi Lord Voldemort dan Dumbledore. Dengan perannya tersebut, dia dituntut untuk memenuhi kedua harapan dalam waktu yang sama. Sebagai mata-mata bagi Lord Voldemort, Severus dituntut untuk memberikan informasi tentang perkembangan Albus Dumbledore dan Orde of The Phoenix. Lord Voldemort berharap bahwa informasi yang diberikan oleh Severus bisa membantunya untuk mengalahkan Harry Potter. Tapi harapan tersebut bertentangan bagi diri Severus yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya pada Dumbledore.


Sedangkan sebagai mata-mata Dumbledore, Severus diminta untuk memberikan informasi tentang Lord Voldemort dan para Pelahap Mautnya seperti rencana dan strategi yang mereka gunakan untuk mengalahkan Harry Potter. Harapannya informasi tentang tersebut dapat menjadi referensi bagi Dumbledore dan anggota Orde of The Phoenix untuk menyusun strategi dalam mengalahkan Lord Voldemort. Ada beberapa scene yang menurutku sangat menggambarkan konflik peran yang dialami Severus untuk mempertahankan kesetiaannya pada Dumbledore.


Dalam film Harry Potter and the Half-Blood Prince, diceritakan bahwa Narcissa Malfoy yang ditemani oleh kakaknya, Bellatrix Lestrange meminta Severus untuk melindungi putranya yaitu Draco Malfoy. Draco mendapatkan tugas khusus dari Lord Voldemort untuk membunuh Dumbledore. Singkat cerita, Severus menyanggupi permintaan Narcissa dengan melakukan Sumpah Tak Terlanggar. Secara spesifik, Severus akan menyelesaikan tugas yang akan diemban Draco bila Draco terbunuh atau tidak sanggup melakukannya. Bila Severus tidak melakukannya, maka nyawa akan menjadi taruhannya.


(Sumber gambar: qph.fs.quoracdn.net)


Namun di sisi lain, Dumbledore meminta Severus untuk membunuhnya. Hal ini dikarenakan Dumbledore menggunakan cincin Marvolo Gaunt yang perlahan-lahan membunuhnya. Selain itu, Dumbledore juga tidak ingin Draco menanggung dosa yang berat jika ia membunuh dirinya. Singkat cerita, Draco tidak sanggup membunuh Dumbledore. Pada akhirnya, Severus pun mengambil alih peran Draco untuk membunuh Dumbledore. Hal tersebut Severus lakukan untuk mempertahankan kesetiaannya pada Dumbledore dengan cara memenuhi permintaan terakhirnya. Padahal, Severus sesungguhnya tak ingin membunuh Dumbledore. Kematian Dumbledore membuat Harry sangat berduka dan marah kepada Severus.


Tantangan Psikologis Melindungi Harry Potter, Anak dari Wanita yang Ia Cintai dan Pria yang Ia Benci


Ibarat buah yang tidak jatuh dari pohonnya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Harry mewarisi mata Lily yang berwarna hijau. Hal tersebut selalu mengingatkan Severus terhadap mendiang Lily yang ia cintai. Tapi di sisi lain, Harry memiliki kemiripan dengan ayahnya baik dari segi fisik maupun kepribadian. Harry digambarkan sebagai anak yang popular dan memiliki sisi yang arogan, sama seperti mendiang James. Hal ini mengakibatkan Severus sempat membenci Harry atas kemiripan dengan orang yang ia benci.



Dalam film Harry Potter and the Orde of the Phoenix, Dumbledore meminta Severus untuk mengajari Harry tentang Oklumensi, yaitu ilmu menutup pikiran. Hal ini bertujuan agar Harry dapat belajar untuk menutup pikirannya dari Lord Voldemort. Jadi, Harry adalah Horcrux yang tidak sengaja dibuat oleh Lord Voldemort ketika ia gagal membunuh Harry saat bayi. Secara otomatis, Harry bisa membaca pikiran dan perasaan Lord Voldemort. Sayangnya, pelajaran Oklumensi ini tidak berjalan dengan lancar. Severus marah karena Harry membuka pikiran tentang kenangan terburuknya saat bersekolah di Hogwarts. Dulu saat menjadi siswa di Hogwarts, Severus selalu di-bully oleh James dan teman-temannya yang dikenal dengan The Marauders. Peristiwa bullying tersebut membekas di hati Severus hingga ia dewasa. Jadi bisa dibilang, usaha Severus untuk melindungi Harry Potter sempat terhalang oleh luka psikologis di masa lalu. Lebih tepatnya, sempat terhalang oleh rasa sakit hati Severus di masa lalu. Ya aku sendiri bisa merasakan apa yang dirasakan Severus ketika harus melindungi anak dari orang yang pernah menyakitinya di masa remaja. Nggak mudah.


Tapi sekali lagi, cinta Severus yang besar terhadap Lily dan kesetiaannya terhadap Dumbledore membuat Severus tetap bertahan atas usahanya. Severus bersedia mengatasi konflik psikologisnya di masa lalu dengan tetap berusaha melindungi Harry Potter hingga akhir hayatnya.


Dari kehidupan Severus Snape, kita bisa belajar bahwa setiap orang pasti pernah mengalami konflik peran. Mungkin kamu pernah dituntut untuk memenuhi dua atau lebih harapan dalam waktu yang bersamaan, meskipun hal tersebut bertentangan. Namun, salah satu kunci untuk mampu mengatasi konflik peran adalah memiliki tujuan yang kuat. Seperti Severus misalnya, ia memiliki tujuan yang kuat untuk mempertahankan kesetiaannya kepada Dumbledore sehingga ia bersedia melakukan apapun. Severus berusaha untuk melindungi Harry dengan menjadi agen ganda, meskipun hal tersebut sangatlah beresiko bagi dirinya. Dengan demikian, tujuan yang kuat dapat membuat tindakan kita menjadi terarah dan menguatkan diri kita untuk berani mengambil resiko.


Cheers,



Olyn Silvania.











31 views0 comments
bottom of page